Ibnu Abi Ad Dunya yang merupakan murid
dari Sa’id bin Salman dalam kitab Al-Ahwal menyebutkan tentang dalil-dalil yang
menguatkan terompet (as shuur) kiamat.
Sebuah
riwayat menyebutkan, alat itu terbuat dari bahan semacam tanduk binatang. Apa
dan bagaimana tak bisa diketahui pasti. Yang jelas, terompet akan digunakan
sebagai pertanda hari kiamat benar-benar telah datang.
Tak
disebutkan, siapakah nama malaikat yang bertugas meniup terompet itu (diriwayat
lainnya nama Israfil mengemuka sebagai malaikat yang ditugasi untuk meniup
terompet). Hanya ada keterangan bahwa di sebelah kanan malaikat tersebut
berdiri Jibril dan sebelah kirinya Mikail. Sang peniup sangkakala itu,
sebagaimana disebutkan riwayat lainnya, tengah siap sedia menjalankan tugasnya.
Begitu
instruksi peniupan diberikan maka ia segera melaksanakannya. Berapa lama jarak
antara amar dan pelaksanaannya? Tak perlu tempo lama, bisa jadi kecepatan
pelaksanaannya sebelum kelopak mata berkedip. Apa yang bisa diperbuat jika saat
itu datang? Rasulullah menyebutkan dalam riwayat lainnya, saat sangkakala
ditiup, hanya doa, “ Hasbunallah wa ni’mal wakil (Cukuplah Allah penolong dan
pelindung bagi kami).”
Rasulullah,
dalam riwayat lainnya, memberikan gambaran situasi dan kondisi saat trompet
yang diciptakan Allah setelah terciptanya langit dan bumi itu ditiup. Terompet
tersebut dipercayakan kepada Israfil. Dan, siap sedia berada di bibir nya.
Suasana kala itu sangat mengerikan dan dahsyat. Terompet ditiup sebanyak tiga
kali.
Tiupan
pertama adalah sebuah peringatan dan kejutan. Tiupan kedua adalah untuk
menghilangkan kesadaran atau pingsan. Dan yang ketiga, segenap manusia kembali
dibangunkan untuk menghadap Sang Pencipta. Saat terompet dibunyikan pertama
kali, atas perintah Allah, Israfil meniupkannya.
Seisi
dunia kaget dan ter kejut. Mereka porak-poranda. Saling berlarian. Tak ada
tempat sembunyi. Suara terompet sangat keras. Tanah tempat makhluk berpijak
bergerak. Laksana perahu yang diombang- ambingkan ombak. Ibu hamil pun seketika
itu juga melahirkan, anak yang tengah menyusui berhenti, di sudut lain, setan
mencoba melarikan diri. Para malaikat mengetahuinya, wajah mereka pun ditampar,
kemudian para setan tak berkutik dan kembali.
Manusia
mencoba bersembunyi. Keluarlah panggilan berseru saat mereka mencoba berpaling,
“(Yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada seorang pun
yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah.” (QS al-Mukmin [40]: 33). Mereka
melihat ke atas, langit telah digulung, planet dan bintang berjatuhan, tak ada
tempat berlari. “Mereka yang mati tidak merasa kan kengerian kiamat itu,” sabda
Rasulullah SAW.
Share by Betapa Kecilnya Kita Di Hadapan Allah, oleh: Nashih Nashrullah
Thanks for reading this entry.. semoga peroleh manfaat.. amin...
No comments:
Post a Comment